Laporan Praktikum Gravimetri
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
GRAVIMETRI
Dibuat oleh:
Kelompok 2, Golongan F
PROGRAM STUDI D-IV GIZI KLINIK
JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ilmu kimia analitik adalah ilmu kimia yang mendasari
pemisahan-pemisahan dan analisis bahan. Analisa bertujuan untuk menentukan
susunan bahan, baik secara kualitatif, kuantitatif, maupun secara struktur.
Susunan kualitatif merupakan komponen-komponen bahan, sedangkan susunan
kuantitatif adalah berapa banyaknya atau setiap komponen tersebut. Dalam ilmu
kimia analitik untuk menganalisa suatu komponen kimia terdiri atas beberapa
analisis yaitu analisis volumetri, analisis gravimetri.
Gravimetri
merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan yang paling sederhana
dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis gravimetri adalah
analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan)-nya. Dalam dunia
teknik kimia sangat dibutuhkan juga bagaimana cara analisa gravimetri ini.
Seperti halnya dalam industri, untuk mendukung kinerja kita sebagai insiyur
teknik cara analisa ini mungkin juga sangat penting. Tahap pengukuran dalam
metode gravimetrik adalah penimbangan. Analitnya secara fisik dipisahkan dari
semua komponen lain dari sampel itu maupun dari pelarutnya. Selain itu Analisa
gravimetri merupakan suatu cara analisa kimia kuantitatif yang didasarkan pada
prinsip penimbangan berat yang didapat dari proses pemisahan analit dari
zat-zat lain dengan metode pengendapan. Zat yang telah diendapkan ini disaring
dan dikeringkan atau dipijarkan serta ditimbang dan diusahakan endapan itu
harus semurni mungkin.
Berdasarkan
pernyataan-pernyataan diatas perlu adanya praktikum mengenai analisis
gravimetri untuk mengetahui proses dari analisis gravimetri itu, selain itu
dari praktikum ini dapat mengenal sejauh mana pemahaman mahasiswa mengenai
analisis gravimetri.
B. Rumusan
Masalah
1. Tuliskan
tahap reaksi yang terjadi!
2. Carilah
perhitungan untuk mendapatkan reagen yang dibutuhkan!
3. Apakah
fungsi penambahan asam sulfat pekat?
4. Apakah
guna desikator?
C. Tujuan
Praktikum
1. Menentukan
kadar Ba sebagai BaSO4 secara Gravimetri.
2. Menentukan
kadar Ba yang diendapkan sebagai BaSO4 secara Gravimetri.
D. Manfaat
Praktikum
1. Mengetahui
dan memahami konsep analisa gravimetri dengan baik dan benar.
2. Dapat
menentukan kadar Ba sebagai BaSO4 secara Gravimetri.
3. Dapat
menentukan kadar Ba yang diendapkan sebagai BaSO4 secara Gravimetri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metode analisis
kuantitatif yang bertujuan untuk menetapkan jumlah dalam suatu sampel telah
berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Walaupun telah
berkembang berbagai perangkat canggih, namun cara analisis konvensional yang
berpangkal pada reaksi kimia tetap tak ditinggalkan. Cara analisis konvensional
biasanya menggunakan perangkat laboratorium sederhana sehingga tingkat
ketelitian dan kepekaan hasil analisis biasanya lebih rendah dibandingkan
analisis instrumentasi. Analisis konvensional yang tergolong dalam analisis
kuantitatif adalah analisis volumetri dan gravimetri.(Ibnu,2005)
Analisis
gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa
tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah
menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung
berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur – unsur atau senyawa yang dikandung
dilakukan dengan berbagai cara, seperti : metode pengendapan; metode penguapan;
metode elektroanalisis; atau berbagai macam cara lainya. Pada prakteknya 2
metode pertama adalah yang terpenting, metode gravimetri memakan waktu yang
cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor –
faktor pengoreksi dapat digunakan (Khopkar,1999).
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara
penimbangan hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah
zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan
kimia lainnya. Kesederhaan itu kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat
ditentukan dengan cara menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari
zat-zat lain (Rivai,1994).
Dalam gravimetri, endapan yang diinginkan adalah endapan
hablur kasar, karena endapan seperti ini mudah disaring dan dicuci, selain itu
luas permukaan endapan hablur kasar lebih kecil daripada luas permukaan endapan
hablur halus, sehingga endapan hablur kasar tersebut, ada suatu ukuranyang
sangat penting diperhatikan dalam proses pengendapan yakni kelewatjenuhan
nisbi(Rivai, 1995).
Gravimetri dapat digunakan untuk menentukan hampir
semua anion dan kation anorganik serta zat-zat netral seperti air, belerang
dioksida, karbon dioksida dan isodium. Selain itu, berbagai jenis senyawa
organik pula ditentukan dengan mudah secara grvimetri. Contoh-contohnya antara
lain: penentuan kadar laktosa dalam susu, salisilat dalam sediaan obat,
fenolftalein dalam obat pencahar, nikotina dalam pestisida, kolesterol dalam
biji-bijian dan benzaldehida dalam buah-buahan tertentu. Jadi, sebenarnya cara
gravimetri merupakan salah satu cara yang paling banyak digunakan dalam
pemeriksaan kimia. (Rivai, 1995: 309).
Metode-metode
Analisis Gravimetri
Berdasarkan
proses pemisahan maka dikenal macam metode penetapan gravimetri :
- Metode Pengendapan
Zat yang
ditetapkan kadarnya diukur dengan seksama, dilarutkan, kemudian
diendapkan
dengan pereaksi tertentu. Zat ini mengndap apabila harga Ksp belum
terampaui.
Endapan yang terjadi dipisahkan dengan fosfat.
- Metode Evaporasi
Komponen
zat yang ditetapkan kadarnya dengan penguapan atau pemanasan, berat
komponen
yang menguap adalah perbedaan dari berat penimbangan zat yang
ditetapkan
kadarnya dengan pemanasan pada susu 1050C dan penetapan CO2 dengan
pemijaran pada suhu yang lebih.
- Metode Penyaringan
Komponen
zat yang ditetapkan kadarnya dicari dengan pelarut yang spesifik
dimana
sari yang diperoleh diuapkan hingga bobotnya tetap.
- Metode Elektrogravimetri
Didasarkan
pada pelapisan zat pada elektroda melalui proses elektrolisis. Berat
lapisan
yang merupakan komponen zat yang ditetapkan kadarnya adalah selisih dari
penimbangan
elektroda sebelum dan sesudah elektrolisis.
( Khopkar,
1990
Suatu metode analisa gravimetri biasanya didasarkan
pada reaksi kimia seperti :
aA + rR → AaRr
Dimana a molekul analit, A
bereaksi dengan r molekul reagennya R, produk nya yakni AaRr. Biasanya
merupakan suatu substansi yang sedikit larut yang bisa ditimbang setelah
pengeringan atau dibakar menjadi senyawa lain yang komposisinya diketahui untuk
kemudian ditimbang. Sebagai contoh, kalsium biasa ditetapkan secara gravimetri
melalui pengendapan kalsium oksalat dan pembakaran oksalat menjadi kalsium
oksida.
Ca2+ + C2O42- → CaC2O4 (s)
CaC2O4 (s) → CaO (s) + CO2 (g) + CO (g)
Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan pelarutan endapan.
Persyaratan berikut haruslah dipenuhi agar metode gravimetri itu berhasil adalah :
Ca2+ + C2O42- → CaC2O4 (s)
CaC2O4 (s) → CaO (s) + CO2 (g) + CO (g)
Biasanya reagen R ditambahkan secara berlebih untuk menekan pelarutan endapan.
Persyaratan berikut haruslah dipenuhi agar metode gravimetri itu berhasil adalah :
a.
Proses pemisahan hendaknya
cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak terendapkan secara analisis
tak dapat di deteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang dalam menetapkan penyusunan
utama dari suatu makro).
b.
Zat yang ditimbang hendaknya
mempunyai susunan yang pasti dan murni atau sangat hamper murni. Bila tidak,
akan diperoleh hasil yang galat.
(Underwood, 1999 : 68).
(Underwood, 1999 : 68).
Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan
dengan cara sebagai berikut. Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya
yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap yang sesuai. Endapan yang terbentuk
disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan, dan setelah itu ditimbang.
Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya.
Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan semua
(Rivai,1994).
Adapun beberapa tahap dalam analisa gravimetri adalah
sebagai berikut :
- Memilih pelarut sampel
Pelarut yang dipilih haruslah sesuai sifatnya dengan
sampel yang akan diilarutkan. Misalnya : HCl, H2SO4, dan
NHO3 digunakan untuk melarutkan sampel dari logam-logam.
- Pengendapan analit
Pengendapan analit dilakukan dengan memisahkan analit
dari larutan yang mengandungnya dengan membuat kelarutan analit semakin kecil
dan pengendapan ini dilakukan dengan sempurna. Misalnya : Ca2+ +H2C2O4
→ CaC2 O4 ( Endapan putih)
- Pengeringan endapan
Pengeringan yang dilakukan dengan panas yang disesuaikan
dengan analitnya dan dilakukan dengan sempurna. Disini kita menentukan apakah
analit dibuat dalam bentuk oksida atau biasa pada karbon .
- Menimbang endapan
Zat yang ditimbang haruslah memiliki rumus molekul yang
jelas. Biasanya reagen ditambahkan secara berlebih untuk menekan kearutan
endapan. (Underwood.2002)
Gravimetri dapat dibagi pada beberapa
langkah :
a) Pengendapan
Pengendapan dapat dilakukan dalam gelas piala dan
pereaksi pengendapan ditambah pelan-pelan dengan pipet atau buret sambil terus
diaduk.
b) Penyaringan
Tujuan penyaringan adalah mendapatkan endapan yang bebas
(terpisah) dari larutan (cairan induk)
c) Pencucian
endapan
Tujuannya karena pada endapan yang terbentuk dalam cairan
induk selalu membawa cairannya, yang pada pemanasan akan meninggalkan
bahan-bahan yang tidak mudah menguap.
d) Mengeringkan
dan memanaskan
Sebelum endapan ditimbang diubah dahulu menjadi bentuk
yang susunannya tetap. Ini dikerjakan dengan cara pengeringan atau pemanasan
, pemijaran.
e) Menimbang hasil
endapan. (Kisman.1994)
Dalam analisa
gravimetri penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan hasil reaksi
setelah bahan yang dianalisa pada penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang
dianalisa direaksikan. Hasil reaksi ini didapat sisa bahan suatu gas yang
terjadi, atau suatu endapan yang dibentuk dari bahan yang di analisa. Dalam
pengendapan, zat yang ditimbang setelah zat di reaksikan menjadi endapan. Atas
dasar membentuk endapan, maka gravimetri dibedakan menjadi dua macam :
- Endapan dibentuk dengan reaksi antara zat dengan suatu pereaksi.
- Endapan dibentuk secara elektrokimia.
Pengendapan
dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan proses pemisahannya. Aspek yang
penting dan perlu diperhatikan adalah endapannya mempunyai kelarutan yang kecil
sekali dan dapat dipisahkan dari larutannya dengan filtrasi, dapat dicuci untuk
menghilangkan pengotor ukuran partikelnya cukup besar serta endapan dapat diubh
menjadi zat murni dengan komposisi kimia tertentu (Khopkar, 1990:25).
Umumnya
pengendapan dilakukan pada larutan yang panas, sebab kelarutan bertambah
seiring dengan bertambahnya temperatur. Pengendapan dilakukan dalam larutan
encer yang ditambahkan pereaksi perlahan-lahan dengan pengadukan yang teratur.
Partikel yang terbentuk lebih dahulu berperanan sebagai pusat pengendapan.
Untuk memperoleh pusat pengendapan yang besar suatu reagen ditambahkan agar
kelarutan endapan bertambah besar (Khopkar, 1990 : 26).
Metode-metode
gravimetri berani bersaing dengan teknik-teknik analitis lain dalam hal
ketepatan yang di capai. Jika analitnya merupakan penyusun utama (> 1% dari
sampel), dapatlah diharapkan ketepatan beberapa bagian tiap ribu, jika sampel
itu terlalu rumit. Jika analitnya berada dalam jumlah kecil atau runutan (<
1%), biasanya tidak menggunakan metode gravimetri. Pada umumnya metode-metode
gravimetri tidaklah sangat khas (spesifik). Seperti telah disebutkan ahli-ahli
kimia tertentu pernah memikirkan bahwa kita akhirnya harus mempunyai suatu
pengendap spesifik untuk tiap kation. Sementara hal ini tidak lagi diharapkan,
regensia gravimetri bersifat selektif dalam arti mereka membentuk endapan dalam
hal kelompok-kelompok tertentu ion. Kereaktifan zat pengendap itupun sering
masih dapat ditingkatkan dengan mengendalikan faktor-faktor semacam pH dan
konsentrasi zat-zat penopang tertentu (Anonim, 2007).
Berdasarkan
macam hasil dibedakan cara-cara gravimetri yaitu cara evaluasi dan cara
pengendapan. Dalam cara evaluasi bahan direaksikan, sehingga timbul suatu gas.
Caranya dengan memanaskan bahan tersebut dapat (1) tidak langsung dalam hal
ini, analitlah yang ditimbang setelah bereaksikan, berat gas diperoleh sebagai
selisih analit sebelum dan setelah reaksi. (2) langsung, gas yang terjadi
ditimbang setelah diserap oleh suatu bahan khusus untuk gas yang bersangkutan.
Dalam cara pengendapan analit direaksikan sehingga terjadi suatu pengendapan
dan endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar cara membentuk endapan, maka
gravimetri menjadi :
a. Endapan
dibentuk dengan reaksi anatara analit dan suatu pereaksi : endapan berupa
senyawa. Baik kation maupun anion dari analit mungkin di endapkan : bahan
pengendapnya mungkin anorganik maupun organik, cara inilah yang biasa disebut
gravimetri
b. Endapan
dibentuk secara elektrolisa, sehingga terjadi logam sebagai endapan (elektrogravimetri)
(Harjadi ,1993 : 74).
Dalam suatu gravimetri yang biasa suatu endapan
ditimbang dan dari harga ini berat analit dalam contoh dihitung. Presentase
analit A adalah % A= (berat A)/(berat
contoh) x 100%
Untuk menghitung analit dari berat endapan sering diperlukan suatu faktor gravimetri. Faktor ini di definisikan sebagai jumlah gram (atau ekivalen dari 1 g) dari endapan. Perkalian berat endapan P dengan factor gravimetri memberikan jumlah gram analit di dalam, contoh :
Berat A = berat P x faktor gravimetri
Maka: % A= (berat P x faktor gravimetri)/(berat contoh) x 100% (Underwood, 1999 : 68).
Untuk menghitung analit dari berat endapan sering diperlukan suatu faktor gravimetri. Faktor ini di definisikan sebagai jumlah gram (atau ekivalen dari 1 g) dari endapan. Perkalian berat endapan P dengan factor gravimetri memberikan jumlah gram analit di dalam, contoh :
Berat A = berat P x faktor gravimetri
Maka: % A= (berat P x faktor gravimetri)/(berat contoh) x 100% (Underwood, 1999 : 68).
Kelebihan yang
terpenting dari analisa gravimetri, dibandingkan analisa titrimetri adalah
bahwa bahan penyusun zat telah di isolasi dan jika perlu dapat diselidiki
terhadap ada atau tidaknya zat pengotor dan di adakan koreksi, sedangkan
kekurangan dari metode gravimetri ini umumnya lebih memakan waktu (Basset, 1994
: 472).
Uraian Bahan atau Sampel
1. Barium Klorida (Dirjen POM, 1979, hal: 656)
Nama Resmi : BARII CLHORIDUM
Nama Lain : Barium Klorida
RM/BM : BaCl2/ 244,28
Rumus Struktur : Cl – Ba – Cl
Pemerian : Hablur ; tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam 5 bagian air
Kegunaan Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2. Asam
Sulfat
(Dirjen
POM, 1979 : 58)
Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama Lain : Asam Sulfat
RM / BM : H2SO4/
98,07
Pemerian Pemerian :
Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna ; jika
ditambahkan
ke dalam air menimbulkan panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut
3. Aquadest (Dirjen POM : 1979)
Nama
resmi : Aqua destilata
Nama
lain :
Aquadest
RM/BM
: H2O/18,02
Rumus
Struktur : H
O H
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan
: Larut dalam
etanol dan gliserol
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai pelarut
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
a.
Alat
1.
Gelas ukur 100 ml
2.
Erlenmeyer
3.
Pipet tetes
4.
Labu ukur
5.
Gelas kimia
6.
Kaki tiga dan kasa
7.
Kaca arloji
8.
Cawan porselen
b.
Bahan
1.
HCl p.a
2.
Asam sulfat p.a
3.
BaCl2 5%
4.
Aquades
2. Prosedur Kerja
1.
Pembuatan larutan
HCl 2N
2. Pembuatan larutan H2SO4 2N
3.
Pembuatan larutan
pencuci HCl
4.
Penetapan kadar Ba
Ø Pengendapan
Ø Menyaring dan mencuci endapan
Ø Memujar dan
menimbang endapan
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
Tabel 4.1
Kelompok
|
Massa
Endapan Setelah Pemijaran
|
Berat
Kruss Porselin Kosong
|
Kadar
Ba
|
1
|
|||
2
|
14,03 gram
|
13,91 gram
|
5,5
%
|
3
|
14,58 gram
|
14,48 gram
|
4,7
%
|
4
|
14,18 gram
|
14,07 gram
|
5,1
%
|
BAB V
PEMBAHASAN
Analisis gravimetri adalah suatu cara analisis
kuantitatif dengan penimbangan berat zat setelah diperlakukan sedemikain rupa
sehingga zat tersebut diketahui rumus molekul dengan pasti dan berada dalam
keadaan stabil. Komponen yang akan ditentukan diubah menjadi suatu endapan yang
stabil dan selanjutnya dapat diubah menjadi bentuk senyawa yang mudah untuk
ditimbang. Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain, larutan
BaCl2 5%, larutan H2SO4 pekat, larutan HCl pekat, dan aquades.
Dalam
penentuan secara gravimetri, ada beberapa persyaratan yang terlebih dahulu
harus dipenuhi, yaitu :
1. Komponen yang ditentukan harus
dapat mengendap secara sempurna (sisa analit yang tertinggal dalam larutan
harus cukup kecil, sehingga dapat diabaikan), endapan yang dihasilkan stabil
dan sukar larut.
2. Endapan yang terbentuk harus
dapat dipisahkan dengan mudah dari larutan ( dengan penyaringan).
3. Endapan yang ditimbang harus
mempunyai susunan stoikiometrik tertentu (dapat diubah menjadi sistem senyawa
tertentu) dan harus bersifat murni atau dapat dimurnikan lebih lanjut (Vogel,
1990).
Tujuan
dari percobaan ini adalah Menentukan kadar Ba sebagai BaSO4 secara
Gravimetri dan Menentukan kadar Ba yang diendapkan sebagai BaSO4
secara Gravimetri.
1. Pembuatan
Larutan HCl 2 N
Pada
percobaan ini langkah pertama yang dilakukan adalah pipet 1,67 ml HCl pekat
lalu masukkan kedalam labu ukur 50 ml dan kemudian tambahkan aquades hingga
tanda batas dan dihomogenkan. HCl 2 N dibuat karean HCl ini berfungsi untuk
memperbesar kelarutan BaSO4 dan mencegah terbentuknya endapan lain seperti CO32-,
PO43- terhadap Ba2+.
2. Pembuatan
H2SO4 2 N
Pada
percobaan ini langkah pertama yang dilakukan adalah pipet 2,25 ml H2SO4
pekat lalu masukkan kedalam labu ukur 50 ml dan kemudian tambahkan aquades
hingga tanda batas dan dihomogenkan. H2SO4 berfungsi
untuk mencegah endapan terjadi terlalu cepat.
3. Pembuatan
larutan pencuci HCl
Pada percobaan ini
langkah pertama yang dilakukan adalah pipet 5 ml HCl encer lalu masukkan kedalam labu ukur 50 ml dan
kemudian tambahkan aquades hingga tanda batas dan dihomogenkan. Percobaan ini
dilakukan sebanyak 8 kali untuk menghasilkan larutan pencuci HCl sebanyak 400
ml
4. Penetapan
Kadar Ba
a. Pengendapan
Pada
proses pengendapan langkah petama yang dilakukan adalah pipet 25 ml BaCl2
dan masukkan kedalam beaker glass 250 ml, kemudian tambahkan 3 ml larutan HCl
2N dan panaskan sampai hamper mendidih. penambahan
HCl (suasana asam) yang bertujuan untuk memperbesar kelarutan
BaSO4 dan mencegah
terbentuknya endapan lain seperti CO32-, PO43-
terhadap Ba2+. Diwaktu yang bersamaan
panaskan H2SO4 2N yang diencerkan dengan 30 ml aquades
sampai mendidih, setelah itu tambahkan H2SO4 panas pada
larutan panas pelan-pelan dan aduk dengan batang pengaduk. Penambahan H2SO4
secara perlahan pada larutan yang sudah diencerkan bertujuan untuk mencegah
endapan terjadi terlalu cepat. Karena jika endapan terjadi terlalu cepat
menyebabkan endapan yang diperoleh kecil permukaannya. Ini dikarenakan proses
pembentukkan inti lebih BaCl2 + H2SO4 → ↓ BaSO4
+ 2HCl
Umumnya
pengendapan dilakukan pada larutan yang panas, sebab kelarutan bertambah
seiring dengan bertambahnya temperatur. Pengendapan dilakukan dalam larutan
encer yang ditambahkan pereaksi perlahan-lahan dengan pengadukan yang teratur.
Partikel yang terbentuk lebih dahulu berperanan sebagai pusat pengendapan.
Untuk memperoleh pusat pengendapan yang besar suatu reagen ditambahkan agar
kelarutan endapan bertambah besar (Khopkar, 1990 : 26).
Setelah BaSO4
mengendap didasar beaker, supernatant ditetesi dengan H2SO4,
bila tidak terjadi kekeruhan maka pengendapan telah sempurna. Berdasarkan
percobaan ini terbentuk endapan berwarna putih dan berbentuk hablur kasar. Hal
ini sesuai dengan literature yang menjelaskan bahwa Endapan yang diperoleh berbentuk
hablur kasar, yang agak murni dan cocok untuk pengolahan selanjutnya. Bila
kelarutan endapan sangat rendah, sejumlah besar inti baru akan terbentuk selama
proses penambahan zat pengendap. Endapan
yang diperoleh berbentuk hablur halus atau bahkan endapan yang tak terbentuk.(
Rivai, 1995). Percobaan pengendapan ini dilakukan berdasarkan aturan- aturan
yang berlaku yaitu:
1) Pengendapan harus dilakukan pada
larutan encer, bertujuan untuk memperkecil kesalahan akibat kopresipitasi.
2) Pereaksi dicampurkan perlahan dan
teratur dengan pengadukan yang tetap.
3) Pengendapan dilakukan pada larutan
panas bila endapan yang terbentuk stabil pada temperatur tinggi.
4) Endapan harus dicuci dengan larutan
encer.
5) Endapan kristal biasanya dibentuk
dalam waktu yang sama.
6) Untuk menghindari postpresipitasi
atau kopresipitasi sebaiknya dilakukan pengendapan ulang.( Khopkar, 1990 )
b. Menyaring
dan mencuci endapan
Langkah pertama yang dilakukan adalah siapkan kertas
saring bebas abu, dan letakkan pada corong kemudian corong letakkan pada ring
stand. Kertas saring yang digunakan adalah kertas saring
”tak berabu” (ashless filter paper),
yaitu kertas dengan kadar abu yang sangat rendah (< 0,1 mg per potong).
Kertas tak berabu ini dibuat dengan cara mengolah kertas saring biasa dengan
HCl dan HF. Salah satu kertas saring ini yaitu Whatman no.40, yang mempunyai
karakteristik sebagai berikut: Berpori-pori medium (sedang), untuk
penyaringan dengan kecepatan sedang, dan untuk menyaring endapan berbentuk kristal sedang, seperti
BaSO4. Kemudian larutan disaring pada beaker melalui batang pengaduk
hal ini bertujuan agar kertas saring tidak mudah sobek. Setelah itu endapan
dicuci 30 ml larutan HCl 2N sebanyak 3 kali dan cuci engan air dingin untuk
menghilangkan Cl-. pencucian Ini bertujuan untuk Untuk
menghilangkan sisa-sisa cairan induk dan kotoran yang terjerap dan
meningkatkan kemurnian suatu endapan, seperti yang dijelaskan dalam literature bahwa Untuk
menghilangkan sisa-sisa cairan induk dan kotoran yang terjerap, maka endapan
harus dicuci setelah disaring. Pencucian akan berhasil jika pencucian dilakukan
berulang-ulang dengan pemakaian sebagian demi sebagian cairan pencuci.
Pencucian dilanjutkan terus sampai ion pengotor telah hilang sama sekali.
Hilangnya ion pengotor ditandai dari hasil negatif pada pengujian cairan
pencuci dengan pereaksi yang cocok (Rivai, 1995: 305).
Pencucian
endapan digunakan untuk meningkatkan kemurnian suatu endapan. Pencucian
dilakukan beberapa kali hingga dianggap konsentrasi zat pengotor adalah lebih
rendah daripada dalam larutan baru, dan bila endapan kembali terbentuk, maka akan
dihasilkan tingkat kontaminasi yang lebih kecil.( Khopkar, 1990)
c. Memijar dan Menimbang Endapan
Pada percobaan kertas saring yang berisi endapan setengah
kering dimasukkan kedalam krus yang telah konstan dan dipijar selama 25 menit
sampai isi krus putih dan karbon yang menempel dipinggir krus hilang. Kemudian
krus didinginkan dalam desikator yang berfungsi untuk menyerap kelembapan
udara. . Fungsi deksikator adalah untuk
menghindari penyerapan uap air dari udara oleh endapan, karena eksikator berisi
butiran-butiran silica gel yang berfungsi untuk menyerap
uap air yang ada di udara. Setelah itu krus dipijar lagi selama 15 menit dan dinginkan
lagi dalam desikator, dan timbang hal ini dilakukan untuk mendapatkan berat
krus yang konstan. Seperti yang dijelaskan dalam literature bahwa Proses metode gravimetri dimulai
dengan membersihkan cawan penguap dan dipanaskan pada suhu tertentu, kemudian cawan
didinginkan di dalam desikator dan ditimbang. sampel dituang ke dalam cawan. Cawan berisi
sampel dipanaskan kembali di dalam oven pada suhu tertentu, sampai semua air menguap. Cawan
didinginkan kembali dalam desikator dan ditimbang kembali sampai berat konstan (Refnita, 2012).
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan didapatkan berat krus porselin kosong sebesar
13,91 gram, sedangkan berat endapan yang dihasilkan 14, 03 gram. Sehingga
dengan demikian dapat dilakukan perhitungan untuk mendapatkan kadar Ba yang
diendapkan sebagai BaSO4 dengan rumus berikut:
Diketahui :
Massa endapan = 14,03 gram
Berat krus porselin kosong = 13,91 gram
Ar Ba = 137
Ar S = 32
Ar O = 18
Mr BaSO4 = (1 x Ar Ba) + (1 x Ar S) + (4
x Ar O)
=
(1 x 137) + (1 x 32) + (4 x 18)
=
233
Volume BaCl2 = 25 ml
Massa BaCl2 = kadar = Massa BaCl2 x 100%
Volume BaCl2
= 5% = Massa BaCl2 x 100%
25
ml
Massa BaCl2 = 5
x 25 = 1,25 gram atau 1250 mg
100
Perhitungan
kadar:
Massa
Endapan Konstan x Ar
Ba
Kadar
Ba = (Massa endapan – massa
krus porselin kosong) Mr BaSO4 x
100%
Mg
BaCl2
(14,03
gram -
13,91gram) x 137
= 233 x 100%
1250 mg
0, 12 gram x
137
= 233 x 100%
1250 mg
120 mg
x 137
= 233 x 100%
1250 mg
Kadar
Ba = 5,5 %
Jadi
kadar Ba yang diendapkan sebagai BaSO4
adalah 5,5
%. Sedangkan untuk kelompok lainnya seperti kelompok 1, 3, dan 4 berdasarkan
table 4.1 dan melalui perhitungan yang sama didapatkan hasil yang berbeda yaitu
untuk kelompok 1 kadarnya 4,2 %, kelompok 3 kadarnya 4,7 %, dan untuk kelompok
4 kadarnya 5,1 %. Adanya perbedaan hasil perhitungan kadar baik dengan kelompok
1,3, dan 4 hal ini dikarenakan adanya kesalahan.
Kesalahan
dalam gravimetric dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Endapan yang tidak sempurna dari ion
yang diinginkan dalam cuplikan.
2. Gagal memperoleh endapan murni
dengan komposisi tertentu untuk penimbangan.
Faktor–faktor
penyebabnya adalah :
a. Kopresipitasi dari ion-ion pengotor.
b. Postpresipitasi zat yang agak larut.
c. Kurang sempurna pencucian.
d. Kurang sempurna pemijaran.
e. Pemijaran berlebih sehingga sebagian
endapan mengurai.
f. Reduksi dari karbon pada kertas
saring.
g. Tidak sempurna pembakaran.Penyerapan
air atau karbondioksida oleh endapan (Underwood,
1986).
BAB
VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis gravimetri adalah proses
isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar
dari penentuan senyawa gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal
senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat
ditimbang dengan teliti. Berdasarkan proses
pemisahan maka dikenal macam-macam
metode penetapan gravimetric antara lain :
- Metode pengendapan
- Metode penguapan atau pembebasan (gas)
- Metode elektroanalisis
- Metode ekstraksi dan kromatografi
Pada dasarnya pemisahan zat dengan
gravimetri dilakukan dengan cara sebagai berikut. Mula-mula cuplikan dilarutkan
dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap yang sesuai.
Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan, dan
setelah itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor
stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan
semua. Berdasarkan semua percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan dapat
diperoleh kadar Ba yang diendapkan sebagai BaSO4 secara gravimetri
adalah sebesar 5,5 %.
B. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan untuk praktikan selanjutnya
adalah sebagai berikut:
- Hendaknya praktikan berhati-hati dalam melakukan tahapan-tahapan proses dalam gravimetri terutama pada proses pengendapan, pencucian, dan pengeringan endapan.
- Diharapkan agar praktikan berikutnya lebih hati – hati dan teliti dalam menganalisa secara gravimetri agar mendapatkan hasil yang kesalahannya sedikit.
- Sebelum masuk praktikum, dianjurkan agar setiap praktikan mempelajari dan memahami prosedur kerja, alat dan bahan agar tidak ada kesulitan saat praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kisman, Sarjono, dkk. 1994. Analisis Farmasi. Bandung:
ITB
2. Rivai,
Harrizul. 1994. Azaz Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI
3. Underwood, A L
dan R A Day.2002. Analisa Kimia Kualitatif Edisi Empat.
Jakarta :
Erlangga
4. Ditjen, POM. 1979. Farmakope
Indonesia, Edisi III. Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia ; Jakarta.
5. Day, R. A. Dan Underwood, A. L.
1999. Analisis Kimia Kuantitatif.
Erlangga. Jakarta.
6. Harjadi,
W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar.
PT Gramedia. Jakarta.
7. Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.
UI-Press: Jakarta.
8. Ibnu,
M. Sodiq, et al.. Kimia Analitik I. Malang: Universitas
Negeri Malang, 2005
9. Day.
N dan A.L. Anderwood. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi kelima. penerbit
Erlangga: Jakarta
10. Basset,
J.C., F.C. Denay, S.B. Jefferey & J. Mendham.1994. Buku Ajar Vogel Kimia
Analitik Kuantitatif Anorganik, diterjemahkan oleh L. Setiawan. Edisi Keempat.
EGC. Jakarta.
11. Rivai,
Harrizul, 1995, Asas pemeriksaan kimi, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
12. Refnita, G., Zamzibar Zuki dan Yulizar Yusuf,2012, Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap
Tekanan Kuat Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan
Sebagai Perendaman, Jurnal Kimia Unand,
Vol. 1, No. 1, Andalas.
13. Vogel.
1990. Buku Teks Analitik Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta : PT Kalman Media Pustaka
PERHITUNGAN
Diketahui :
Massa endapan = 14,03 gram
Berat krus porselin kosong = 13,91 gram
Ar Ba = 137
Ar S = 32
Ar O = 18
Mr BaSO4 = (1 x Ar Ba) + (1 x Ar S) + (4
x Ar O)
=
(1 x 137) + (1 x 32) + (4 x 18)
=
233
Volume BaCl2 = 25 ml
Massa BaCl2 = kadar = Massa BaCl2 x 100%
Volume BaCl2
= 5% = Massa BaCl2 x 100%
25
ml
Massa BaCl2 = 5
x 25 = 1,25 gram atau 1250 mg
100
Perhitungan
kadar:
Massa Endapan Konstan x Ar Ba
Kadar
Ba = (Massa endapan – massa
krus porselin kosong) Mr BaSO4 x
100%
Mg
BaCl2
(14,03
gram -
13,91gram) x 137
= 233 x 100%
1250 mg
0, 12 gram x
137
= 233 x 100%
1250 mg
120 mg
x 137
= 233 x 100%
1250 mg
Kadar
Ba = 5,5 %
Komentar
Posting Komentar